Glaser memperkenalkan terapi realitas
sebagai sala satu pendekatan terapi untuk mengatasi berbagai bentuk ganguan
psikologi yang di alami individu. Sebagai seorang psikiater, ia banyak
menemukan kenyataan bahwa berbagai gangguan psikologi yang dialami oleh pasien,
yang dirawat di rumah sakit, dilandasi oleh upaya pasien melarikan diri dari
tanggung jawab hidupnya. Landasan utama terapi realitas adalah memenjarakan
pasien untuk bertanggung jawab terhadap hal-hal yang dilakukannya, dan buka membenamkan
diri dalam perasaan-perasaan yang dialaminya. Glasse mengemukkan bahwa pada
Konsep yang dikemukakan Glasser dalam melakukan terapi realistas, yaitu :
Konsep yang dikemukakan Glasser dalam melakukan terapi realistas, yaitu :
- Setiap orang harus dibawa
kepada sesuatu pehaman bahwa dirinya turut bertanggung jawab atas penderitaannya.
Ia tidak boleh membebankan tanggung jawab kepada orang lain, melainkan
dirinyalah yang bertanggung jawab.
- Individu harus menyadaribahwa
sejarah hidup tidak dapat diputar ulang. Akses terhadap pengalaman hidup
di masa lampau sangat terbatas, sehingga perubahan yang harus dilakukan
juga demikian terbatas. Karenanya, seseorang hendaknya belajar mengubah
dirinya sendiri sejak saat kini untuk kehidupan yang lebih baik di masa
depan.
- Pasien harus belajar
berinteraksi dengan orang lain sesuai dengan pola hubungan interaktifnya,
bukan atas landasan transfetence ( pengalihan hubungan
emosional dengan figur tertentu ke figur tertentu lainnya yang memiliki
kemiripan ). Setiap hubungan interpersonal adalah unik, dan individu perlu
belajar membina hubungan unik sesuai dengan keunikan hubungan
interpersonalnya.
- Alam ketidaksadaran tidak bisa
dijadikan alasan bagi individu untuk terganggu. Ia harus belajar tanggung
jawab atas hal-hal yang diperbuatnya.
- Harus ada pengakuan besar
salah; karenanya harus ada aturan sosial yang dapat mengendalikan perilaku
individu.
- Pasien harus belajar bertingkah
laku tertentu sebagai perilaku yang layak yang harus ditampilkan dalam
kondisi tertentu.
Teknik-teknik terapi realitas menurut
Glasser dilakukan dengan langkah-langkah sebegai berikut :
1. Keterlibatan
Bertumpu pada
pengalamannya sebagai psikiater di Veterans Administration Psychiatric
Hospital, West Los Angeles, ia mengamati bahwa para petugas yang berbicara
dengan pasien dan memperlakukan pasien dengan bersahabt atau sebagai teman dan
melibatkan perasaannya terhadap pasien, akan memberikan hasil yang sangat
memuaskan dan sebagai kebutuhan dasar. Terapis harus dapat melibatkan diri
dengan pasien yang akan dibantunya, karena itu harus memperlihatkan sikap
hangat, bersifat pribadi dan ramah.
2. Perilaku Sekarang
Sebagai kelanjutan dari
sikap hangat dan kesediaan melibatkan diri dari terapis dengan pasiennya,
pasien akan merasa dibantu untuk menyadari perilakunya sendiri sekarang.
Mengetahui perilaku sekarang dianggap penting . Orang sering menghindari dari
perilakunya sekarang dengan menekankan bagaimana dia merasakan daripada
bagaimana ia berbuat. Pandangan pada terapi realitas terhadap kehidupan
perasaan seseorang sebagai sesuatu yang cukup penting, namun yang lebih penting
ialah apa yang dilakukan sekarang. Terapi akan “mengeluarkan” perilaku tersebut
untuk “diperlihatkan” kepada pasiennya agar pasien tidak melakukan keterlibatan
dirinya terhadp masalahnya, namun keterlibatan dengan orang lain atau pihak
lain di luar dirinya untuk melakukan sesuatu.
3. Menerima Diri Sendiri
Pasien harus bisa melihat perilakunya sendiri secara kritis dan menilainya apakah pilihannya memang yang terbaik. Dimana terapis akan menanyakan apakah pennilainnya terhadap perilakunya merupakan baik untuk dirinya sendiri maupun untuk orang disekitarnya serta lingkungan sosialnya. Terapi tidak akan menerangkan apakah yang dilakukan pasien itu salah atau benar dan terapis hanya sebatas embimbing pasien untuk menilai dan menentukan perilakunya sendiri.
4. Merencanakan Tindakan yang Bertanggung Jawab
setelah pasein melakukan penilaian pasien dibantun dalam menyusun rencana, kenyataan pengaruh pengalaman dan pengalaman hidup terapis cukup besar dan banyak mempengaruhi objektifitasnya. Rencana tindakan sebaiknya haru realistik sehingga tidak tidak sulit untuk dicapai. Rencana yang disusun pun tidak terlalu kaku dan kalau bisa disusun kembali. Namun dalam melakukan tindakan, pasien tidak dibebaskan begitu saja untuk tidak mengikuti rencana yang telah dibuat.
5. Perjanjian
Rencana tindakan yang telah disusun harus dijalani dan dilakukan. Terapi memberikan dorongan lebih besar kepada pasien untuk memenuhi rencana dan meminta pasien untuk berjanji dengan terapis bahwa dia akan melakukannya.
4. Merencanakan Tindakan yang Bertanggung Jawab
setelah pasein melakukan penilaian pasien dibantun dalam menyusun rencana, kenyataan pengaruh pengalaman dan pengalaman hidup terapis cukup besar dan banyak mempengaruhi objektifitasnya. Rencana tindakan sebaiknya haru realistik sehingga tidak tidak sulit untuk dicapai. Rencana yang disusun pun tidak terlalu kaku dan kalau bisa disusun kembali. Namun dalam melakukan tindakan, pasien tidak dibebaskan begitu saja untuk tidak mengikuti rencana yang telah dibuat.
5. Perjanjian
Rencana tindakan yang telah disusun harus dijalani dan dilakukan. Terapi memberikan dorongan lebih besar kepada pasien untuk memenuhi rencana dan meminta pasien untuk berjanji dengan terapis bahwa dia akan melakukannya.
6. Tidak Menerima Alasan
Jika seseorang tidak memnuhi perjanjiannya, penilaian, penyusunan rencana perlu diperiksa ulang. Jika perjanjian dan keterlibatan pasien untuk melakukan sesuatu yang sesuai dengan rencana, maka terapis masih mendorongnya
Jika seseorang tidak memnuhi perjanjiannya, penilaian, penyusunan rencana perlu diperiksa ulang. Jika perjanjian dan keterlibatan pasien untuk melakukan sesuatu yang sesuai dengan rencana, maka terapis masih mendorongnya
7. Tidak adanya hukuman
Tidak memberikan hukuman atau tidak menerima alasan sama pentingnya dalam terapis realitas. Karena menurut Glasser dengan memberikan hukuman akan mengurangi keterlibatan seseorang dan menyebabkan ke gagalan untuk mengidentifikasikan kegagalan secara lebih rinci.
Tidak memberikan hukuman atau tidak menerima alasan sama pentingnya dalam terapis realitas. Karena menurut Glasser dengan memberikan hukuman akan mengurangi keterlibatan seseorang dan menyebabkan ke gagalan untuk mengidentifikasikan kegagalan secara lebih rinci.
Sumber :
- Gunarsa, S., D. 2007. Konseling dan Psikoterapi. Jakarta : Gunung Mulias
- Satiadarma, M., P. 2002. Pura-pura Sakit untuk Mencari Simpati ( Sindrom Munchausen ), Sebuah kajian Psikologis. Jakart:Populer Obor