Kamis, 07 Mei 2015

TERAPI REALITAS

Glaser memperkenalkan terapi realitas sebagai sala satu pendekatan terapi untuk mengatasi berbagai bentuk ganguan psikologi yang di alami individu.  Sebagai seorang psikiater, ia banyak menemukan kenyataan bahwa berbagai gangguan psikologi yang dialami oleh pasien, yang dirawat di rumah sakit, dilandasi oleh upaya pasien melarikan diri dari tanggung jawab hidupnya. Landasan utama terapi realitas adalah memenjarakan pasien untuk bertanggung jawab terhadap hal-hal yang dilakukannya, dan buka membenamkan diri dalam perasaan-perasaan yang dialaminya. Glasse mengemukkan bahwa pada

Konsep yang dikemukakan Glasser dalam melakukan terapi realistas, yaitu :
  1. Setiap orang harus dibawa kepada sesuatu pehaman bahwa dirinya turut bertanggung jawab atas penderitaannya. Ia tidak boleh membebankan tanggung jawab kepada orang lain, melainkan dirinyalah yang bertanggung jawab.
  2. Individu harus menyadaribahwa sejarah hidup tidak dapat diputar ulang. Akses terhadap pengalaman hidup di masa lampau sangat terbatas, sehingga perubahan yang harus dilakukan juga demikian terbatas. Karenanya, seseorang hendaknya belajar mengubah dirinya sendiri sejak saat kini untuk kehidupan yang lebih baik di masa depan.
  3. Pasien harus belajar berinteraksi dengan orang lain sesuai dengan pola hubungan interaktifnya, bukan atas landasan transfetence ( pengalihan hubungan emosional dengan figur tertentu ke figur tertentu lainnya yang memiliki kemiripan ). Setiap hubungan interpersonal adalah unik, dan individu perlu belajar membina hubungan unik sesuai dengan keunikan hubungan interpersonalnya.
  4. Alam ketidaksadaran tidak bisa dijadikan alasan bagi individu untuk terganggu. Ia harus belajar tanggung jawab atas hal-hal yang diperbuatnya.
  5. Harus ada pengakuan besar salah; karenanya harus ada aturan sosial yang dapat mengendalikan perilaku individu. 
  6. Pasien harus belajar bertingkah laku tertentu sebagai perilaku yang layak yang harus ditampilkan dalam kondisi tertentu.
Teknik-teknik terapi realitas menurut Glasser dilakukan dengan langkah-langkah sebegai berikut :

1. Keterlibatan
Bertumpu pada pengalamannya sebagai psikiater di Veterans Administration Psychiatric Hospital, West Los Angeles, ia mengamati bahwa para petugas yang berbicara dengan pasien dan memperlakukan pasien dengan bersahabt atau sebagai teman dan melibatkan perasaannya terhadap pasien, akan memberikan hasil yang sangat memuaskan dan sebagai kebutuhan dasar. Terapis harus dapat melibatkan diri dengan pasien yang akan dibantunya, karena itu harus memperlihatkan sikap hangat, bersifat pribadi dan ramah. 

2. Perilaku Sekarang
Sebagai kelanjutan dari sikap hangat dan kesediaan melibatkan diri dari terapis dengan pasiennya, pasien akan merasa dibantu untuk menyadari perilakunya sendiri sekarang. Mengetahui perilaku sekarang dianggap penting . Orang sering menghindari dari perilakunya sekarang dengan menekankan bagaimana dia merasakan daripada bagaimana ia berbuat.  Pandangan pada terapi realitas terhadap kehidupan perasaan seseorang sebagai sesuatu yang cukup penting, namun yang lebih penting ialah apa yang dilakukan sekarang. Terapi akan “mengeluarkan” perilaku tersebut untuk “diperlihatkan” kepada pasiennya agar pasien tidak melakukan keterlibatan dirinya terhadp masalahnya, namun keterlibatan dengan orang lain atau pihak lain di luar dirinya untuk melakukan sesuatu.

3. Menerima Diri Sendiri
Pasien harus bisa melihat perilakunya sendiri secara kritis dan menilainya apakah pilihannya memang yang terbaik. Dimana terapis akan menanyakan apakah pennilainnya terhadap perilakunya merupakan baik untuk dirinya sendiri maupun untuk orang disekitarnya serta lingkungan sosialnya. Terapi tidak akan menerangkan apakah yang dilakukan pasien itu salah atau benar dan terapis hanya sebatas embimbing pasien untuk menilai dan menentukan perilakunya sendiri.

4. Merencanakan Tindakan yang Bertanggung Jawab
setelah pasein melakukan penilaian pasien dibantun dalam menyusun rencana, kenyataan pengaruh pengalaman dan pengalaman hidup terapis cukup besar dan banyak mempengaruhi objektifitasnya. Rencana tindakan sebaiknya haru realistik sehingga tidak tidak sulit untuk dicapai. Rencana yang disusun pun tidak terlalu kaku dan kalau bisa disusun kembali. Namun dalam melakukan tindakan, pasien tidak dibebaskan begitu saja untuk tidak mengikuti rencana yang telah dibuat.

5. Perjanjian
Rencana tindakan yang telah disusun harus dijalani dan dilakukan. Terapi memberikan dorongan lebih besar kepada pasien untuk memenuhi rencana dan meminta pasien untuk berjanji dengan terapis bahwa dia akan melakukannya. 

6. Tidak Menerima Alasan
Jika seseorang tidak memnuhi perjanjiannya, penilaian, penyusunan rencana perlu diperiksa ulang. Jika perjanjian dan keterlibatan pasien untuk melakukan sesuatu yang sesuai dengan rencana, maka terapis masih mendorongnya 

7. Tidak adanya hukuman 
Tidak memberikan hukuman atau tidak menerima alasan sama pentingnya dalam terapis realitas. Karena menurut Glasser dengan memberikan hukuman akan mengurangi keterlibatan seseorang dan menyebabkan ke gagalan untuk mengidentifikasikan kegagalan secara lebih rinci. 

Sumber :
  • Gunarsa, S., D. 2007. Konseling dan Psikoterapi. Jakarta : Gunung Mulias
  • Satiadarma, M., P. 2002. Pura-pura Sakit untuk Mencari Simpati ( Sindrom Munchausen ), Sebuah kajian Psikologis. Jakart:Populer Obor
  •  



Tidak ada komentar:

Posting Komentar