Sabtu, 18 April 2015

LOGOTERAPI

Logoterapi berasal dari kata YUNANI logos yang mengandung dwiarti. Pertama, logos berarti : "spirit"  yaitu suatu dimensi terdalam dari seorang ke manusia dan arti ini lebih ke antropologis dari pada teologis. Kedua adalah "meaing" yaitu nilai kehidupan sebagai seorang manusia. Singkatnya, logoterapi adalah sebuah teori yang berorientasi untuk menemukan arti, suatu arti dalam dan bagi eksistensi manusia. Disini yang penting adalah menerima tanggung jawab dan berusaha menemukan arti atau nilai dibalik kehidupan.

Menurut kamus lengkap Psikologi ( Chaplin, 1989 ) Logoterapi : satu bentuk psikoterapi eksistensial yang didasarkan atas analisa arti dari eksistensi seseorang.

Terdapat 3 konsep fundamental yang perlu diketahui dalam hubungan dengan logoterapi, antara lain :

1. Freedom of Will ( Bebas dari kemamuan ) 
Arti kata kebebasan yang dimaksud adalah suatu kebebasan untuk tetap berdiri/tegak apapun kondisi yang dialami manusia. Disini manusia bebas untuk menentukan sikapnya menghadapi keadaan disekitarnya, bebas membuat rencana diluar kecenderungan somatik dan komponen-komponen psikisnya. Bebas dari kemauan tidak berarti bebas dari kondisi bologis, fisik, sosiaologis,dan psikologis. Tetapi bebas untuk mengambil sikap bukan hanya menghadapi dunia, melainkan diri sendiri.
2. Will-to-meaning 
Kemauan untuk menemukan arti kehidupan. Suatu dorongan kemuan dasar yang berjuang untuk mencapai arti hidup yang lebih tinggi untuk eksis didunia. Ia merupakan suatu dorongan yang mengendalikan manusia untuk menemukan arti dalam kehidupan. Will-to-meing muncul dari keinginan pembawaan dasar manusi untuk mengaktulisasikan sebanyak mungkin nilai hidup dalan diri manusia.
3. The meaning of life 
Arti hidup yang dimaksudkan disini adalah arti hidup yang bukan untuk dipertanyakan, tetapi untuk direspon, karena kita semua bertanggung jawab untuk suatu hidup. Respon yang diberikan bukan dalam bentuk kata, tapi dalam bentuk tindakan dengan melakukannya.

Tujuan Logoterapi 
  • Memahami adanya potensi dan sumber daya rohani secara universal ada pada setiap orang terlepas dari ras, keyakinan dan agama yang dianutnya
  • Menyadari sumber-sumberdan potensi itu sering ditekan, terhambat dan diabaikan bahkan terlupakan
  • Memaanfaatkan daya-daya tersebut untuk bangkitkan kembali dari penderitaan untuk mampu tegak kokoh menghadapi berbagai kendala dan secara sadar mengembakna  diri untuk menghasilkan kualitas hidup bermakna.
Teknik-teknik Logoterapi :
Menurut Semiun ( 2006 ) teknik logotherapy antara lain :

a. Intensi Paradoksikal :
Merupakan teknik dimana klien diajak melakukan sesuatu yang paradoks dengan sikap klien terhadap situasi yang dialami. Klien diajak mendekati dan mengejek sesuatu dan bukan menghindar. Teknik ini bertujuan lebih daripada perubahan pola tingkah laku. Teknik ini diarahkan pada penghapusan gejala melalui cara yang paradoks, yakni meminta kepada klien agar ia dengan sengaja menampilkan gejala yang dialaminya, tetapi melebih-lebihkan dan mengejek atau berhumor atau gejala itu. Landasan dari intensi paradoksikal adalah kesanggupan manusia untuk bersikap bebas dan mengambil jarak terhadap dirinya sendiri/ melampaui diri sendiri dan inilah yang dinamakan humor.

b. Derefleksi
Frankl ( Semiun, 2006 ) percaya bahwa sebagaian besar terhadap persoalan kejiwaan berasal dari perhatian yang terlalu fokus pada diri sendiri. Dengan mengalihkan perhatian diri sendiri dan mengarahkannya pada orang lain, persoalan itu akan hilang dengan sendirinya. Dengan teknik tersebut, klien diberi kemungkinan untuk mengabaikan neurosisnya dan memusatkan perhatian pada sesuatu yang terlepas dari dirinya.

c. Bimbingan Rohani
Metode khusus digunakan pada penanganan kasus individu berada pada penderitaan yang tidak dapat terhindarkan ataudalam suatu keadaan yang tidak dapat dirubah, dan tidak mampu berbuat apalagi selain menghadapi masalah yang dialami. Pada metode ini individu didorong untuk merealisasikan nilai bersikap dengan menunjukan sikap positif terhadap penderitaannyadalam rangka menemukan makna dibalik penderitaannya tersebut.


Ref :
  • Chaplin,  C., P. 1989. Kamus Lengkap PSIKOLOGI Ed. 1, Cet. 1. Diterjemahkan oleh : Kartini-Kartono. Jakarta : Rajawali
  • Naisaban, L. 2004. PARA PSIKOLOGI TERKEMUKA DUNIA ( Riwayat Hidup, Pokok Pikiran dan Karya ). Jakarta: Grasindo
  • Semiun, Y. 2006. Kesehatan Mental 3. Yogyakarta. Kanisius

Sabtu, 11 April 2015

TERAPI PSIKOANALISIS

Psikoanalisis merupakan aliran pertama dari ketiga aliran psikologi yang lain ( Behaviorisme, Humanistis, dan  Transpersonal ). Aliran yang di populerkan oleh Sigmund Freud meruapan salah satu teori kepribadian paling kondang 

Konsep Terapi Psikoanalisi :

1. Struktur Kepribadian 
  • Id
  • Ego 
  • Super Ego 
2. Pandangan Tentang Sifat Manusia :
  • Pesimitik
  • Determistic
  • Mekanistik
  • Reduksionitik
3. Kesadaran dan Ketidak sadaran 
  • Konsep ketaksadaran :
Ø mimpi2 → merupakan representative simbolik dari kebutuhan2, hasrat2  konflik
Ø salah ucap / lupa → thd nama yg dikenal
Ø sugesti pascahipnotik
Ø bahan2 yg berasal dari teknik2 asosiasi bebas
Ø bahan2 yg berasal dari teknik proyekti

4.   Kecemasan : Freud ( Feist J. dan Feist G. J., 2010 ) menjelaskan bahwa kecemasan merupakan situasi afektif yang dirasa tidak menyenangkan yang diikuti oleh sensasi fisik yang memperingatkan seseorang akan bahaya yang akan mengancam. Perasaan yang tidak menyenangkan ini biasanya samar-samar dan sulit di pastikan. tetapi selalu terasa.
Terdapat 3 macam kecemasan :
  • Kecemasan Neurosis : Rasa cemasa akibat bahaya yang tidak diketahui. Perasaan itu sendiri berada pada ego, tetapi dari dorongan-dorongan id. Semasa kanak-kanak, perasaan marah sering kali diikuti oleh rasa takut terhadap hukuman dan rasa takut digeneralisasikan kedalam kecemasan neurosis tidak sadar.
  • Kecemasan Moral : Berbakar dari konflik antara ego dan superego. Membangun superego biasanya diusia 5 atau 6 tahun. Mengalami kecemasan yang tumbuh dari konflik antara kebutuhan realistis dan perintah superego. 
  • Kecemasan Realistis :  terkait erat dengan rasa takut. Kecemasaan ini di definiskan sebagai perasaan yang tidak menyenangkan dan tidak spesifik yang mencangkup kemungkinan bahaya itu sendiri. 
Unsur-unsur Terapi :

1. Tujuan terapi Psikoanalisis 
  • Memebntuk kembali struktur karakter individu dengan jalan membantu kesadaran yang tak disadari didalam diri klien
  • Fokus pada upaya pengalaman masa anak-anak.
2. Fungsi Terapis membiarkan dirinya anonym, hanya berbagi sedikit perasaan dan pengalaman sehingga klien memproyeksikan dirinya kepada terapis

3. Peran Terapis : 
  • Membantu klien dalam mencapai kesadaran diri, kejujuran dalam melakukan hubungan personal dalam menangani kecemasaan secara realistis
  • Membangun hubungan personal dalam menangani kecemasan serta realistis
  • Membangun hubungan kerja dengan klien, banyak mendengarkan dan menafsirkan
  • Terapis memberikan perhatian khusus pada penolakan-penolakan klien
Teknik dasar Terapi Psikoanalisis

1.Asosiasi Bebas : Suatu metode pemanggilan kembali pengalaman masa lalu dan pelepasan emosi yang berkaitan dengan situasi traumatik di masa lalu.
2. Penafsiran : Suatu prosedur dalam menganalisis asosiasi bebas, mimpi, resistensi dan transeferensi
3. Analisis Mimpi : Suatu prosedur yang penting untuk menyikapi bahan yang tidak disadari dan memberikan kepada klien atas beberapa area masalah yang tidak terselesaikan.
4. Analisis dan Penafsiran Resistensi : untuk membantu klien agar menyadari alasan yang ada dibalik resistensi sehingga dia biasa menanganinya.
5. Analisis dan Penafsiran Transferensi : Teknik utama dalam psikoanalisis karena mendorong klien untuk menghidupkan kembali masa lalu dalam terapi.

Ref : 

  • Feist, J., dan Feist, G., J. 2010. Teori Kepribadian Edisi 7 Buku 1. Diterjemahi oleh : Handrianto. Jakarta: Salemba Humanika
  • Indiryawati.2010.TERAPI PSIKOANALISIShttp://indryawati.staff.gunadarma.ac.id/Downloads/folder/0.2 ( Diakses pada tanggal : 04/12/15 )


Kamis, 09 April 2015

Personal Centered Therapy

Konsep  dari Personal Centered Therapy 

Roger ( Feist J dan Feist G. J., 2011 ) mengasumsikan bahwa suatu pergembangan terapeutik dapat terjadi beberapa kondisi dianggap perlu dan memadai. Pertama klien hrus bertemu dengan terapis yang kongruen yang juga memiliki empati dan penerimaan positif  tidak bersyarat untuk klien tersebut. Kemudian klien juga harus dapat melihat karakteristik tersebut dari terapis, Terakhir pertemuan anatra klien dan terapis ada durasi tertentu.

Signifikansi dari hipotesis Rogerian termasuk revolusioner. Dengan hampi semua psikoterapi, kondisi pertama dan ketiga pasti terjadi; klien akan terdorong oleh semacam tekanan untuk mencari pertolongan, serta hubunngan antara klien dan terapi akan berlangsung untuk beberapa periode waktu. Terapi yang berpusat pada klien menjadi unik dalam penekannnya atas kondisi kongruensi, penerimaan positif tidak bersyarat dan mendengar secara empati dari konselor yang dianggap perlu dan memadai ( Feist J dan Feist G. J., 2011 )

Walaupun ketiga kondisi tersebut perlu untuk pertumbuhna psikologi, Roger ( Feist J dan Feist G. J., 2011 ) meyakinkan bahwa kongruensi lebih mendasar daripada penerimaan positif tidak bersyarat dan mendengar secara empati. Kongruensi adalah kualitas umum yang dimiliki oleh terapis, sementara dua kondisi lainnya adalah perasaan dan sikap spesifik yang dapat diberikan terapis untuk klien secara individual.

Unsur-unsur dalam terapi 

a. Kongruensi Konselor 
 Kondisi pertama yang perlu dan memadai untuk perubahan secara terapeutik adalah terapis yang kongruen. Kongruensi terjadi apabila pengalaman organismik seseorang sejalan dengan kesadaran atas atau pengalaman tersebut, serat dengang kemampuan dan keinginan untuk secara terbuka mengekspresikan perasaan tersebut.Untuk menjadi kongruen adalah menjadi nyata dan jujur, dan menjadi apa adanya.

b. Penerimaan Positif Tidak Bersyarat
Penghargaan postif adalah kebutuhan untuk disukai, dihargai dan diterima oleh orang lain. Saat kebutuhan tersebut muncul tanpa adanya syarat atau kualifikasi, maka munculah penerimaan positif yang tidak bersyarat. Terapi mempunyai penerimaan postif yang tidak bersyarat saat mereka " mengalami sikap yang hangat, positif dan menerima kepada apa yang menjadi kliennya. Menerima dan menghargai klien tanpa batasan atau keraguan dan tanpa melihat perilaku yang timmbul pada klien. 

c. Mendengarkan secara Empati
Empati hadir saat terapis secara akurat dapat merasakan perasaan dari klien mereka dan dapat mengomunikasikan persepsi ini, supaya klien mengetahui bahwa orang lain telah memasuki dunia perasaan tanpa prasangka, proyeksi ataupun evaluasi. Roger ( Feist J dan Feist G. J., 2011 ), empati " berarti untuk sementara hidup dalam kehidupan orang lain, bergerak didalamnya dengan hati-hati tanpa menghakimi ". Empati mengimplikasikan bahwa seorang terapis melihat segala sesuatunya dari sudut pandang klien, dan klien merasa amanserta tidak terancam.

Proses 
apabila kondisi-kondisi yang kongruen, penerimaan positif yang tidak bersyarat, dan empati telah hadir, maka proses perubahan terapeutik akan berlangsung. Walaupun setiap orang yang mencari psikoterapi itu unik, Roger ( Feist J dan Feist G. J., 2011 ) yakni bahwa ada aturan tertentu yang menjadi karakteristik dari proses terapi.


  • Tahap dalam Perubahan Terapeutik 

Roger ( Feist J dan Feist G. J., 2011 ) membagi kontinum menjadi tujuh tahapan :

Tahap 1 : ketidak mauan untuk mengkomunikasikan apa pun tentang diri. Pada tahap ini manusia tidak mencari pertolongan, tetapi apa bila mereka datang untuk terapi, karena alasan tertentu, mereka akan kaku dan menolak untuk berubah. Mereka tidak menyadari adanya masalah dan menolak untuk mengakui perasaan tersebut

Tahap 2 : Pada tahap ini klien mulai sedikit-sedikit tidak kaku. Mereka mendiskusikan peristiwa eksternal dan orang lain, tetapi tidak mengakui atau menyadari tentang perasaan mereka sendiri. Akan tetapik, mereka akan membicarakan perasaan personal mereka apabila perasaan tersebut merupakan fenomena objektif.

Tahap 3 : Pada tahap ini klien mulai lebih bebas dalam membicarakan diri mereka walaupun masih sebagain objek.  " Saya melakukan yang terbaik yang saya dapat lakukan saat berkerja, tetapi boss saya masih tetap tidak menyukai saya " Klien menceritakan perasaan, emosi yang dialami dan terjadi pada masa lalu dan masa depan,serta menghindari yang sedang dialami sekarang.

Tahap 4 : Klien mulai berbicara mengenai perasaan mendalam, tetapi bukan yang sedang dirasakan saat itu, " Saya merasa sangat marah ketika guru saya menuduh saya melakukan kecurangan ". Walaupun mereka mempunyai sedikit kesadaran bahwa mereka mempunayi kemampuan untuk merasakan emosi yang sedang dialami

Tahap 5 : tahap dimana klien mulai dapat mengekspresikan perasaan yang sedang mereka alami walaupun belum secara akurat melakukan simbolisasi dari perasaan-perasaan tersebut. Mereka mulai bertumbu pada locus evaluasi internal dari perasaan mereka dan mulai menemukan penemuan baru dan inovatif mengenai diri mereka.

Tahap 6 : Merupakan tahap terakhir dari sebuah terapi. walaupun terapi dihentikan, tetapi klien masih dapat melanjutkan sendiri ketahap berikutnya

Tahap 7 : Dapat terjadi diluar pertemuan terapi, karena pertemuan ditahap 6 merupakan proses yang tidak dapat diputar-baliik. Klien yang mencapai tahap 7 telah menjadi "manusia masa depan" yang berfungsi sepenuhnya , dan mampu menggeneralisaiskan kepercayaan diri untuk menjadi diri mereka sendiri disaat apapun. 

Ref :
Feist, J., dan Feist, G., J,. 2011. TEORI KEPRIBADIAN EDISI 7 BUKU . diterjemahkan oleh Sjahputri, S., P. Jakarta : Salemba Humanika