Kamis, 09 April 2015

Personal Centered Therapy

Konsep  dari Personal Centered Therapy 

Roger ( Feist J dan Feist G. J., 2011 ) mengasumsikan bahwa suatu pergembangan terapeutik dapat terjadi beberapa kondisi dianggap perlu dan memadai. Pertama klien hrus bertemu dengan terapis yang kongruen yang juga memiliki empati dan penerimaan positif  tidak bersyarat untuk klien tersebut. Kemudian klien juga harus dapat melihat karakteristik tersebut dari terapis, Terakhir pertemuan anatra klien dan terapis ada durasi tertentu.

Signifikansi dari hipotesis Rogerian termasuk revolusioner. Dengan hampi semua psikoterapi, kondisi pertama dan ketiga pasti terjadi; klien akan terdorong oleh semacam tekanan untuk mencari pertolongan, serta hubunngan antara klien dan terapi akan berlangsung untuk beberapa periode waktu. Terapi yang berpusat pada klien menjadi unik dalam penekannnya atas kondisi kongruensi, penerimaan positif tidak bersyarat dan mendengar secara empati dari konselor yang dianggap perlu dan memadai ( Feist J dan Feist G. J., 2011 )

Walaupun ketiga kondisi tersebut perlu untuk pertumbuhna psikologi, Roger ( Feist J dan Feist G. J., 2011 ) meyakinkan bahwa kongruensi lebih mendasar daripada penerimaan positif tidak bersyarat dan mendengar secara empati. Kongruensi adalah kualitas umum yang dimiliki oleh terapis, sementara dua kondisi lainnya adalah perasaan dan sikap spesifik yang dapat diberikan terapis untuk klien secara individual.

Unsur-unsur dalam terapi 

a. Kongruensi Konselor 
 Kondisi pertama yang perlu dan memadai untuk perubahan secara terapeutik adalah terapis yang kongruen. Kongruensi terjadi apabila pengalaman organismik seseorang sejalan dengan kesadaran atas atau pengalaman tersebut, serat dengang kemampuan dan keinginan untuk secara terbuka mengekspresikan perasaan tersebut.Untuk menjadi kongruen adalah menjadi nyata dan jujur, dan menjadi apa adanya.

b. Penerimaan Positif Tidak Bersyarat
Penghargaan postif adalah kebutuhan untuk disukai, dihargai dan diterima oleh orang lain. Saat kebutuhan tersebut muncul tanpa adanya syarat atau kualifikasi, maka munculah penerimaan positif yang tidak bersyarat. Terapi mempunyai penerimaan postif yang tidak bersyarat saat mereka " mengalami sikap yang hangat, positif dan menerima kepada apa yang menjadi kliennya. Menerima dan menghargai klien tanpa batasan atau keraguan dan tanpa melihat perilaku yang timmbul pada klien. 

c. Mendengarkan secara Empati
Empati hadir saat terapis secara akurat dapat merasakan perasaan dari klien mereka dan dapat mengomunikasikan persepsi ini, supaya klien mengetahui bahwa orang lain telah memasuki dunia perasaan tanpa prasangka, proyeksi ataupun evaluasi. Roger ( Feist J dan Feist G. J., 2011 ), empati " berarti untuk sementara hidup dalam kehidupan orang lain, bergerak didalamnya dengan hati-hati tanpa menghakimi ". Empati mengimplikasikan bahwa seorang terapis melihat segala sesuatunya dari sudut pandang klien, dan klien merasa amanserta tidak terancam.

Proses 
apabila kondisi-kondisi yang kongruen, penerimaan positif yang tidak bersyarat, dan empati telah hadir, maka proses perubahan terapeutik akan berlangsung. Walaupun setiap orang yang mencari psikoterapi itu unik, Roger ( Feist J dan Feist G. J., 2011 ) yakni bahwa ada aturan tertentu yang menjadi karakteristik dari proses terapi.


  • Tahap dalam Perubahan Terapeutik 

Roger ( Feist J dan Feist G. J., 2011 ) membagi kontinum menjadi tujuh tahapan :

Tahap 1 : ketidak mauan untuk mengkomunikasikan apa pun tentang diri. Pada tahap ini manusia tidak mencari pertolongan, tetapi apa bila mereka datang untuk terapi, karena alasan tertentu, mereka akan kaku dan menolak untuk berubah. Mereka tidak menyadari adanya masalah dan menolak untuk mengakui perasaan tersebut

Tahap 2 : Pada tahap ini klien mulai sedikit-sedikit tidak kaku. Mereka mendiskusikan peristiwa eksternal dan orang lain, tetapi tidak mengakui atau menyadari tentang perasaan mereka sendiri. Akan tetapik, mereka akan membicarakan perasaan personal mereka apabila perasaan tersebut merupakan fenomena objektif.

Tahap 3 : Pada tahap ini klien mulai lebih bebas dalam membicarakan diri mereka walaupun masih sebagain objek.  " Saya melakukan yang terbaik yang saya dapat lakukan saat berkerja, tetapi boss saya masih tetap tidak menyukai saya " Klien menceritakan perasaan, emosi yang dialami dan terjadi pada masa lalu dan masa depan,serta menghindari yang sedang dialami sekarang.

Tahap 4 : Klien mulai berbicara mengenai perasaan mendalam, tetapi bukan yang sedang dirasakan saat itu, " Saya merasa sangat marah ketika guru saya menuduh saya melakukan kecurangan ". Walaupun mereka mempunyai sedikit kesadaran bahwa mereka mempunayi kemampuan untuk merasakan emosi yang sedang dialami

Tahap 5 : tahap dimana klien mulai dapat mengekspresikan perasaan yang sedang mereka alami walaupun belum secara akurat melakukan simbolisasi dari perasaan-perasaan tersebut. Mereka mulai bertumbu pada locus evaluasi internal dari perasaan mereka dan mulai menemukan penemuan baru dan inovatif mengenai diri mereka.

Tahap 6 : Merupakan tahap terakhir dari sebuah terapi. walaupun terapi dihentikan, tetapi klien masih dapat melanjutkan sendiri ketahap berikutnya

Tahap 7 : Dapat terjadi diluar pertemuan terapi, karena pertemuan ditahap 6 merupakan proses yang tidak dapat diputar-baliik. Klien yang mencapai tahap 7 telah menjadi "manusia masa depan" yang berfungsi sepenuhnya , dan mampu menggeneralisaiskan kepercayaan diri untuk menjadi diri mereka sendiri disaat apapun. 

Ref :
Feist, J., dan Feist, G., J,. 2011. TEORI KEPRIBADIAN EDISI 7 BUKU . diterjemahkan oleh Sjahputri, S., P. Jakarta : Salemba Humanika

Tidak ada komentar:

Posting Komentar